![](https://tenggarong.kotaku.co.id/wp-content/uploads/sites/10/2023/11/WhatsApp-Image-2023-11-09-at-1.45.22-AM.jpeg)
KOTAKU, TENGGARONG-Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank melaksanakan pendampingan Desa Devisa Halaban Wood Charcoal Kaltim.
Kegiatan ini dilaksanakan di BPU Desa Beringin Agung Kecamatan Samboja, Selasa (7/11/2023).
Acara dihadiri KPPBC TMP B Samarinda Nurtjahjo Budidananto, Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemendesa PDTT Muhammad Yasin, Fungsional Narasumber Lembaga LPEI Maryani Saswidyanti, Sekcam Samboja Amir Lukmi, Kades Beringin Agung Kusnadi, para pelaku usaha dan masyarakat sekitar.
Maryani menjelaskan, LPEI melakukan pendampingan bagi para UMKM di desa, kemudian diberikan pelatihan kepada BUMDes untuk menciptakan produk unggulan ekspor yang bisa dijual dengan harga lebih tinggi.
Kualitas yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan. Sebagai mitra pendamping, LPEI akan melakukan pembinaan dan pelatihan sehingga produk bisa dijual ke luar negeri.
LPEI atau Indonesia Eximbank ikut berperan dalam menjadikan eksportir Indonesia sebagai pelaku usaha yang disegani karena mampu menghasilkan produk dan jasa ekspor yang berkelas dunia.
“Layanan yang diberikan LPEI berupa konsultasi bagi para UMKM yang belum pernah mengekspor. Juga akan mendidik dan melatih para UMKM, koperasi dan BUMDes yang belum mengetahui tentang ekspor,” ungkapnya.
Selain CPNE, LPEI memiliki program unggulan lainnya yaitu Marketing Handholding Program (Business Matching) yang merupakan program percepatan ekspor dalam rangka membuka akses pasar ekspor bagi produk UKM mitra binaan LPEI dalam bentuk digitalisasi via global marketplace, Business Matching melalui diaspora, dan pameran berskala internasional.
Sedangkan Desa Devisa merupakan program pemberdayaan komunitas (cluster) petani atau pengrajin atau koperasi maupun UKM yang memiliki produk unggulan ekspor.
Sampai Juni 2022, LPEI memiliki 134 Desa Devisa dengan sembilan komoditas unggulan.
Meliputi kakao, kopi, beras, garam, rumput laut, kerajinan, tenun, gula semut dan lada hitam.
Dan, telah memberikan pendampingan bagi 12.821 petani atau pengrajin.
“Untuk menjadi Desa Devisa harus menggali potensi desanya apakah produknya itu memang unggulan ekspor dan sarananya cukup memadai untuk dijadikan produk ekspor,” ujarnya.
Di Kaltim, sudah ada 38 desa yang bisa menjadi Desa Devisa.
“Diharapkan dengan adanya pendampingan Desa Devisa ini akan ada membawa manfaat dalam peningkatan kesejahteraan desa-desa di sekitar IKN yang bisa menghasilkan produk ekspor yang berkelanjutan,” tutupnya. (*)
![](http://tenggarong.kotaku.co.id/wp-content/uploads/sites/10/2023/09/logo-tenggarong-1.png)